PENGERTIAN MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF
Monday, March 19, 2018
Add Comment
PENGERTIAN MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF
Makna denotatif adalah makna sebenarnya atau makna
yang memang sesuai dengan pengertian yang dikandung oleh kata tersebut. Kata
makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah, dan ditelan. Arti
kata makan tersebut adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga makna
umum.
Makna konotatif ialah bukan makna sebenarnya.
Dengan kata lain, makna kias atau makna tambahan. Contoh kata putih bisa
bermakna suci atau tulus tapi juga dapat bermakna menyerah atau polos.
Penggunaan kata bermakna konotatif juga berkaitan
dengan nilai rasa, baik nilai rasa rendah maupun tinggi. Contoh kata gerombolan
dan kumpulan secara denotatif bermakna sama, yaitu kelompok manusia.
Dua pasang kata tersebut meskipun bermakna denotasi
sama, namun secara konotasi mempunyai nilai rasa yang berbeda. Kata gerombolan
mempunyai nilai rasa yang rendah, sedangkan kata kumpulan bernilai rasa tinggi.
Jadi, kata gerombolan memiliki nilai rasa yang
lebih rendah bahkan berkonotasi negatif dari kata kumpulan. Hal ini terbukti
pada frasa gerombolan pengacau bukan kumpulan pengacau. Masih banyak kata yang
secara denotatif memiliki kesamaan arti, namun konotasinya berbeda nilai rasa.
Beberapa kata bahkan dapat dikonotasikan secara
negatif, misalnya kata kebijaksanaan. Kata ini menurut arti yang sebenarnya
adalah kelakuan atau tindakan arif dalam menghadapi suatu masalah. Tapi banyak
penggunaan kata kebijaksanaan yang menyeleweng dari arti sebenarnya.
Kata kebijaksanaan dikonotasikan dengan permintaan
agar urusan dapat lancar. Hal yang sama terjadi juga pada pemakaian kata
pengertian. Dalam kalimat “Pembagian kompor gas ini memang tidak dipungut
bayaran, tapi kami mohon pengertiannya,” kata pengertian memiliki makna lain
yaitu, minta imbalan walau sedikit dan sebagainya.
Konotasi juga dapat memberikan nilai rasa halus dan
kasar. Untuk sekelompok masyarakat pemakai bahasa tertentu, sebuah atau
beberapa kata dapat bernilai rasa kasar, tapi pada kelompok masyarakat lainnya
dirasakan biasa saja atau wajar saja, misalnya kata laki-bini untuk kalangan
masyarakat Melayu dianggap biasa, namun untuk kalangan masyarakat intelek
dianggap kasar.
Kata-kata berkonotasi halus disebut juga dengan
istilah ameliorasi dan yang berkonotasi kasar disebut peyorasi. Kata-kata
bernilai rasa halus biasa digunakan pada pemakaian bahasa dalam situasi resmi,
sebaliknya kata-kata bernilai rasa kasar biasa digunakan dalam percakapan
sehari-hari atau dalam suasana nonformal.
Pada prosa fiksi khususnya cerpen atau novel
populer, sering terdapat bentuk-bentuk percakapan sehari-hari atau bahasa gaul.
Dalam sastra populer, pengarang lebih bebas menggunakan kata-kata yang
dianggapnya sesuai dengan karakter tokoh.
Dalam bercerita pun, penulis populer lebih
cenderung menyajikan bahasa yang segar dan komunikatif sesuai dengan peminat
cerpen atau novel yang kebanyakan dari kalangan remaja. Hal itu juga untuk
membangun latar atau suasana yang memang sesuai dengan tema-tema populer yang dipilihnya
seperti tema tentang cinta, pergaulan remaja, atau permasalahan di sekolah.
Pada novel atau cerpen sastra, penggunaan bahasa
lebih selektif. Dalam prosa sastra atau sastra klasik, bahasa termasuk menjadi
faktor penentu kualitas pengarang dan karyanya yang masih menekankan unsur
estetika.
Bahasa yang dipergunakan akan menjadi ciri khas
tersendiri dari pengarangnya dalam mengolah cerita. Penggunaan bahasa nonformal
biasanya terdapat pada tema-tema tertentu yang memang mengusung latar budaya
yang sesuai atau untuk percakapan tokoh yang memang memiliki karakter bicara
seperti itu.
0 Response to "PENGERTIAN MAKNA DENOTATIF DAN KONOTATIF"
Post a Comment